Kamis, 15 Januari 2009

CALEG DAN CALLEGE-LEGE

by. M. Taufik Hidayat, S.Com
Apakah anda tertarik dengan politik? Inginkah anda jadi CALEG? Siapkah anda jadi CALEG? Atau jangan-jangan anda sudah CALEG. Mudah-mudahan anda benar-benar CALEG, bukan CALLEGE-LEGE.

CALEG = Cerdas - Aktif - Lembut - Empati - Giat (bekerja)
Seorang muslim, apalagi mengaku politisi, dituntut untuk mampu bersikap, bertutur kata dan bekerja secara Cerdas. Itu sudah pasti. Kalau tidak cerdas, ya jadi preman mi saja…
Kemudian dia harus Aktif mengambil inisiatif dalam hal-hal yang memerlukan amar ma’ruf nahi munkar, jangan mi selalu nunggu laporan resmi. Jadi bagaimana mi kalau yang lapor saja sering takut, sebentar dibilang lagi “mencemarkan nama baik”.Namun terhadap rakyat, terutama dhuafa, dia harus berlaku Lembut, tidak suka memeras, atau membuat aturan yang membuat rakyat gelisah, risau, menderita. Dia harus punya Empati, tidak cukup hanya simpati, termasuk kepada mereka yang di luar basis massanya, bahkan terhadap mereka yang non muslim sekalipun, apalagi yang dhuafa atau yang terzhalimi.Dan di atas itu semua, tantumi dia wajib Giat bekerja, tentunya kerja dalam arti amal shaleh, yang sesuai hukum-hukum syara’. Giat tidak sekedar karena mengharap harta atau tahta, tapi karena mengharap ridha Allah swt.Sebagai politisi, CALEG tipe pertama ini akan bermanfaat bagi ummat di mana saja, sekalipun tidak pernah didaftarkan ke KPU, apalagi duduk di parlemen.

Jangan sampai anda jadi CALEG tipe kedua, yaitu:
CALEG = Ceroboh - Angin-anginan - Liar - Enaknya sendiri - Gila
Politisi yang tidak berorientasi kepada syariat Islam, dapat dipastikan akan menjadi caleg tipe kedua ini.
Kalau duduki di parlemen nanti, dia akan menjadi legislator yang Ceroboh. Kita melihat banyak sekali undang-undang (UU SDA) atau lembaga (MK, KPK) yang dibuat dengan tergesa-gesa dan terkesan asal memenuhi target. Kilahnya selalu: “toh nanti gampang
ji diamandemen lagi”.
Tantumi, orang-orang seperti ini ucapannya hanya Angin-anginan piti kana-kanai. Kalau pas cari suara dari massa Islam, mereka berlagak pro-Islam, bahkan pernah melontarkan statement “Islam melarang presiden wanita”. Tapi setelah ada kepentingan lain, mereka tak segan menjilat ludahnya sendiri.
Tidak heran ji, politisi semacam ini cukup “Liar”. Mereka memeras kanan-kiri. APBN/APBD diperas. Pengusaha juga diperas. Korban penggusuran mau menyampaikan keluhan saja diperas. Apalagi kalau mereka lagi jalan-jalan ke luar negeri. Alasannya “studi banding”, tapi sering yang dibandingin hanya “daging” anak orang …Dan udah jelas kalau orientasi politisi ini juga “Enaknya sendiri”. Egois. Pokoknya dia, keluarganya, kroninya, kelompoknya, OK punya. Yang lain tidak campur mau kecemplung sumur, mau ditabrak oto, itu bukan urusanku … kecuali kalau masih bisa buat promosi. Dan kalau tidak mau ikutan “Pongoro (edan)” semacam ini, ya siap-siap saja untuk jadi “Gila alias sinting”. bayangkan mi ki, apa tidak stress ki itu anggota DPRD yang selalu sendirian menentang keputusan seluruh parlemen, di mana anggota-anggota lain (yang juga dari parpol Islam, atau setidaknya berkonstituen Islam) ikut-ikutan menjarah harta negara. Padahal mengambil milik orang lain seberat zarrah saja bakal diperhitungkan, ini koq malah penjarahan. kalau begini mi, pertanyaanya kassa jako berjuang untuk rakyat di DPRD nanti.?

1 komentar:

Abdul Haris Awie mengatakan...

Luar biasa tulisan ini, namun saya menilai bahwa tak selamanya caleg itu melakukan tindakan atau statement yang salah dalam hal kontribusi kerakyat, ternyata banyak yang baik dan berbakti.

Baik dan berbakti yang saya maksud adalah membelikan mobil, rumah dan barang2 mewah untuk anak dan keluarganya uang hasil korupsi.
wakakkakaka'
Artinya.............

 
© Copyright by NURHANI SIRAJUDDIN, SE  |  Template by Blogspot tutorial